Profil

_Selamat Datang di Blog saya_God Bless You_.

March 4, 2016

Artikel "Bisnis Haram yang menyumbang 1,5 % PDB"

KOMPAS.com - Hasil riset menunjukkan betapa tindakan kriminal punya potensi bisnis yang luar biasa besar. Meski diakui, hingga saat ini belum ada angka yang pasti mengenai jumlah uang yang berputar pada bisnis haram.

Mengutip artikel Forbes yang ditulis oleh Niall McCarthy, Senin (29/2/2016), ada sejumlah bisnis haram yang paling banyak mendulang keuntungan. Saking besarnya duit yang berputar pada sektor bisnis ini, mampu menyumbang hingga 1,5 persen produk domestik bruto (PDB) global.

Menurut data badan PBB yang mengurusi obat-obatan dan kriminalitas (UNODC), total keuntungan yang diraup organisasi kriminal internasional dari bisnis haram mencapai 870 miliar dollar AS.

Jumlah tersebut ekuivalen dengan 1,5 persen PDB dunia. Sebagaimana dikompilasi oleh Global Financial Integrity, terdapat 12 bisnis yang paling banyak memberikan keuntungan.

Global Financial Integrity, Forbes, BRINKData kegiatan bisnis haram yang paling mendatangkan banyak keuntungan. Data per 2011


Posisi teratas, bisnis haram yang paling menguntungkan adalah perdagangan narkotika. Revenue yang dihasilkan dari bisnis ini mencapai 320 miliar dollar AS.

Posisi kedua ditempati oleh pembajakan, yang mampu menghasilkan uang sebesar sekitar 250 miliar dollar AS di seluruh dunia.

Perdagangan ilegal menempati posisi ke tiga dari bisnis haram yang paling banyak mendatangkan keuntungan. Kegiatan perdagangan ilegal di antaranya mencakup penghindaran 
pajak serta perbudakan.

Berikut daftar kejahatan yang paling banyak menghasilkan uang:
1. Perdagangan narkotika (Rp 4.320 triliun)
2. Pembajakan (Rp 3.375 triliun)
3. Perbudakan oleh perusahaan swasta (Rp 2.025 triliun)
4. Perdagangan minyak ilegal (Rp 145,8 triliun)
5. Perdagangan satwa ilegal (Rp 135 triliun)
6. Penangkapan ikan ilegal (Rp 128,2 triliun)
7. Perdagangan kayu ilegal (Rp 94,5 triliun)
8. Karya seni (Rp 85 triliun)
9. Perdagangan emas ilegal (Rp 31 triliun)
10. Perdagangan organ manusia (Rp 16,2 triliun)
11. Pengamanan skala kecil (Rp 13,5 triliun)
12. Perdagangan permata (Rp 12,1 triliun)


Sumber : Forbes
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
url: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/03/02/043000026/Daftar.Bisnis.Haram.yang.Menyumbang.1.5.Persen.PDB.Dunia


Komentar dan Pendapat saya :

Memang dapat dikatakan berkembang pesat perekonomian suatu bangsa apabila tingkat atau nilai PDB (Produk Domestik Bruto) meningkat tinggi. Tetapi jika faktor yang membuat nilai PDB tinggi adalah perdagangan manusia, perdagangan narkoba, perdagangan ilegal, pembajakan dll.. itu semua merupakan "bisnis haram" yang juga merugikan suatu negara.
Bisnis haram tersebut dapat terjadi disebabkan karena ketidaksadaran pelaku bahwa adanya hukum yang berlaku dan juga karena adanya kesempatan. Perekonomian yang buruk membuat beberapa manusia berpikir untuk melakukan bisnis tersebut. Karena bisnis yang "wajar" sudah tidak menjanjikan ataupun kurang menguntungkan. 
Faktor lain yang juga menyebabkan bisnis tersebut berjalan lancar, karena adanya oknum yang berkompromi untuk melegalkan bisnis tersebut dan mengizinkan untuk keluar masuk negara dengan aman.
Melihat angka haram yang tidak sedikit dari data diatas membuat pemerintah dan kita sebagai masyarakat harus lebih "aware" dalam menjalankan kegiatan ekonomi yang legal untuk membangun bangsa. Hukum juga harus terus ditegakkan bagi setiap yang melanggar. Agar adanya efek jera bagi yang telah melakukan dan efek takut bagi yang ingin melakukan bisnis tersebut. Marilah kita membangun perekonomian bangsa/negara dengan kreatifitas dan inovasi yang kita miliki. Banyak hal yang dapat kita lakukan daripada melakukan pembajakan, perdagangan narkoba, perdagangan ilegal dan semacamnya.

January 4, 2016

Pengangguran dan Pendidikan

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian, karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Jumlah pengangguran biasanya seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta tidak didukung oleh tersedianya lapangan kerja baru atau keengganan untuk menciptakan lapangan kerja (wirausaha) untuk dirinya sendiri atau memang tidak memungkinkan untuk mendapatkan lapangan kerja atau tidak memungkinkan untuk menciptakan lapangan kerja. Sebenarnya, kalau seseorang menciptakan lapangan kerja akan berdampak positif untuk orang lain juga, misalnya dari sebagian hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu orang lain melalui gaji.
Selain itu, jumlah pengangguran yang tinggi juga disebabkan kurangnya pengetahuan, keahlian dan pendidikan. Seseorang jika tidak pernah menginjak bangku sekolah dan tidak memiliki keahlian apapun akan menyebabkan ia menganggur, sebab tidak ada perusahaan yang menerima SDM yang memiliki kualitas rendah. Bukan hanya yang tidak pernah menginjak bangku sekolah yang menganggur. Tetapi seseorang yang telah sekolah 12 tahun dan kuliah serta memiliki ijazah sarjana pun dapat menganggur. Kenapa hal tersebut dapat terjadi ? Karena jumlah lapangan kerja dan pelamar kerja tidak seimbang.
Di negara kita Indonesia, tingkat pengangguran di tahun 2015 masih tinggi, bahkan meningkat dari tahun sebelumnya. Berdasarkan data angkatan kerja Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 122,4 juta orang, berkurang sebanyak 5,9 juta orang dibanding Februari 2015 dan bertambah sebanyak 510 ribu orang dibanding Agustus 2014.  Penduduk bekerja pada Agustus 2015 sebanyak 114,8 juta orang, berkurang 6,0 juta orang dibanding keadaan Februari 2015 dan bertambah 190 ribu orang dibanding keadaan Agustus 2014. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2015 sebesar 6,18 persen meningkat dibanding TPT Februari 2015 (5,81 persen) dan TPT Agustus 2014 (5,94 persen). Selama setahun terakhir (Agustus 2014–Agustus 2015) kenaikan penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang (12,77 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan Sektor Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen). Penduduk bekerja di atas 35 jam per minggu (pekerja penuh) pada Agustus 2015 sebanyak 80,5 juta orang (70,12 persen), sedangkan penduduk yang bekerja kurang dari 15 jam per minggu sebanyak 6,5 juta orang (5,63 persen).
Pada Agustus 2015, penduduk bekerja masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 44,27 persen, sementara penduduk bekerja dengan pendidikan Sarjana ke atas hanya sebesar 8,33 persen.
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa tingkat pengangguran meningkat disbanding tahun sebelumnya. Apalagi di tahun 2015 ini ada program MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang membebaskan masyarakat Asean dalam melamar kerja di negara manapun. Banyaknya tenaga kerja dari luar (contohnya China) yang memiliki skill (keahlian) lebih baik dibanding masyarakat Indonesia, membuat tingkat pengangguran semakin tinggi saja. Hal tersebut tidak dapat kita hindari, sebab jika ingin perekenomian yang bagus haruslah memiliki tenaga-tenaga kerja yang berkualitas baik.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pendidikan juga membuat Indonesia menjadi terbelakang. Banyak orangtua yang lebih menyuruh anaknya untuk mencari uang sejak kecil dibandingkan menyuruh pergi ke sekolah untuk belajar. Mereka beranggapan bahwa sekolah tidak terlalu penting, yang terpenting adalah mendapatkan uang untuk makan. Padahal cita-cita anak Indonesia sangatlah tinggi dan bagus. Tetapi karena adanya tekanan ekonomi membuat cita-cita anak Indonesia padam. Sangatlah disayangkan masyarakat Indonesia tidak sadar akan pentingnya pendidikan. Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan wajib belajar 12 tahun (dan gratis), bahkan sampai perguruan tinggi diberi beasiswa untuk meringankan biaya.
Bahkan sekarang ini telah ada dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang dapat digunakan untuk membeli peralatan sekolah dan seragam, juga untuk ongkos ke sekolah. Banyak subsidi dari sektor lain yang dikurangkan bahkan dihapuskan demi dialokasikan untuk subsidi pendidikan.
Dalam memajukan kesejahteraan dan kemakmuran di Indonesia, sangat diperlukan tindakan dari masyarakat bukan hanya dari pemerintah yang turun tangan. Karena sistem Demokrasi di negara kita dimana semuanya dari/oleh/untuk rakyat. Maka keberhasilan bangsa dan negara ada ditangan rakyat itu sendiri.
Saya yakin, jika pendidikan di Indonesia baik akan menghasilkan SDM berkualitas tinggi dan tingkat pengangguran di Indonesia dapat teratasi bahkan masyarakat dapat membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat lain.
Mari kita sebagai generasi muda generasi penerus bangsa dan negara tercinta Indonesia menumbuhkan rasa cinta tanah air dan rasa semangat dalam diri kita untuk menjadikan Negara Indonesia lebih berpengaruh dalam kancah internasional. Tak lupa juga menumbuhkan rasa percaya diri kita untuk bersaing dalam pergaulan dunia dan mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari kita.